Minggu, 29 September 2013

SURAT UNTUK CALON IBU MERTUA

Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh


Sebelum saya lanjut menggores kata dalam tulisan ini, ijinkanlah saya memperkenalkan diri terlebih dahulu.


Duhai calon ibu mertuaku!
Perkenalkanlah saya adalah wania biasa dengan kepribadian yang teramat biasa dan dari kalangan keluarga yang biasa saja.
Saya bukanlah Khadijah R. A, seorang wanita yang luar biasa dalam sejarah wanita islam dan teramat mulia.
Saya bukanlah Aisyah R. A, seorang yang utama dalam ketakwaannya.
Bukan pula Fatimah Az-zahra yang sangat utama dalam ketabahannya.
Tidak pula seperti Zulaika yang teramat sangat cantiknya.
Apalagi Al Khansa yang sangat pandai mendidik mujahid-mujahid kecilnya.

tapi, seperti yang saya katakan barusan, saya hanya wanita biasa yang dengan ketakwaan yang biasa, ketabahan yang tak seberapa, dan kecantikan sayapun tak pantas diperhitungkan.

Namun ibu! Saya adalah wanita akhir zaman, yang punya cita-cita menjadi wanita shalehah. Yang akan berusaha mengabdi pada anakmu yang kelak menjadi imamku, dan juga padamu calon ibu mertuaku.

Duhai calon ibu mertuaku!
saya harap kita bisa menjadi rekan yang baik. Karena pernikahan adalah membuka tabir rahasia antara saya dan anakmu.
Butuh banyak kesabaran untuk menghadapi banyaknya kejutan-kejutan dari perbedaan antara kami.
Saya berharap engkau dapat menjadi penasihat jika saya dalam kealpaan.
Menjadi pendengar yang setia saat saya ingin berbagi.
Karena sekali lagi saya bukanlah Siti Hajar yang sabar dalam penderitaan.


Waalaikunsalam Warrohmatullahi Wabarakatuh



                                                                                                Calon menantumu

Selasa, 24 September 2013

KEPADA ENGKAU CALON IMAMKU

Kepada engkau calon imamku...
Janganlah kau harapkan sebuah kesempurnaan dariku, wanita yang akan kau jadikan pasanganmu kelak esok hari...
Karena aku wanita biasa yang tentunya punya keterbatasan. . .
Ingatlah. . .
Aku yang kelak akan kau nikahi tak setangguh  KHADIJAH yang berkorban untuk kekasih  Allah,,, 
aku tak secerdas AISYAH yang luar biasa,,, dan aku juga tak sesolehah FATIMAH AZ-ZAHRA. . .
Karena aku hanyalah wanita biasa yang hidup diakhir zaman ini, yang tentu memiliki banyak dosa dan kesalahan. . .
Aku ingin mendampingimu dengan kesederhanaan yang ku miliki. . .
Menjadi sati-satunya hawa dalam  hidupmu,,, menemanimu dalam sisa hidupku, bersama mengarungi sisa kisah kehiduppan dijalan-Nya. . .
Kepada engkau calon imamku, sayangilahaku karena Tuhanmu,,, bukan karena alassan lain...
Jika engkau menyakiti aku.
Ingatlah selalu bahwa engkau telah menyakitii dirimu sendiri, karena aku adalah wanita,  makhluk yang telah diciptakan dari rusukmu bagian dirimu

ILALANG JALANAN

Kami tumbuh menjulang keatas
semakin dewasa, menghadapi terpaan angin
hidup diantara lalu lalang pedesaan dan kota
Kamilah ilalang jalanan...
yang setiap harinya terabaikan oleh mereka yang tahukeberadaan kami
kami ilalang jalanan...
yang tumbuh terombang-ambing oleh setiap hempasan udara
terinjak oleh mereka yang hanya memandang rendah kehidupan kami
menganggap kami hanyalah sejenis rumput yang tak berguna
Memang kami ringkih tak berdaya
kami tak punya daya seperti mereka yang mampu berkuasa
Kami hanya ilalang jalanan yang merasa suci saat pagi menjelang
karena saat itu tubuh ringkih kami kembali bersih oleh tetesan embun
namun kembali kusam saat sang mentari mulai naik keatas tahtanya.
Kami hidup terbuang...
Kami hidup tak berkeluarga...
dan kamipun hidup tak berpendidikan...
Namun tahukah meraka? kami tahu setiap jengkal kehidupan mereka
tahu setiap jejak yang mereka lukiskan, tertinggal namun seketika punah tersapu angin
Kami merasakan setiap luka yang mereka  derita
setiap bahagia yang mereka pancarkan dari rona wajahnya.
Tetapi pernahkah mereka sekali saja memperdulikan kami?
Pernahkah mereka menyadari, kami ini indah, kami ini mampu membuat mereka yang merasa terabaikan kembali tersenyum penuh makna
mampu menjadi tempat pengaduan saat mereka merasa sendiri karena kecewa.
kami juga mampu menjadi teman yang setia pada setiap ucapan.
kami takan pernah berdusta pada setiap jalan kehidupan...
kami selalu menerima setiap alur dan skenario yang Tuhan buat..
walau terkadang kamipun mengeluh " MENGAPA KAMI BERBEDA? "

<photo id="1" />
Dulu berjam-jam sering kita habiskan bersama
Berbagi segala cerita
Memandang indah senyummu, menatap matamu penuh hati sampai tak terasa waktu datang memisahkan
Tapi kini, lihat kita berberda
Kini aku hanya aku, dan kamu hanya kamu 
Kini kita tak sama. tak saling sapa, tak saling berbalas rasa
Ya rasamu kini padam dimakan waktu
Memilih pergi meninggalkan ribuan kenangan yang pernah tersulam indah dengan, senyum, tawa, dan emosi
Kini kita berjauhan, bukan hanya jarak melainkan hatipun kini jauh
Terlampau tak terlihat jika aku dan kamu pernah menjadi kita
Tangisku runtuh ketika ku berlalu meninggalkan
Ejauh dari etiap jengkal kehidupanku
Aku hancur ketika cinta tak mampu lagi berbalas

Kemarin saat senja telah kembali keperaduannya 
Ketika langit yang biru berubah menjadi hitam
Ketika dunia terang oleh lampu-lampu kota
Ketika suara-suara Tuhan terucap lantang disetiap surau
Ketika ituaku masih mampu menatap rupamu, masih bisa berada disampingmu, menemani candamu, menatap mesra senyummu
Sungguh ketika itu dunia begitu berbaik hati padaku, memberikan malam yang penuh kehangatan
Terimakasih untuk malamnya!
Untuk segala pelukan yang kurasa
Untuk segala genggaman tanganmu yang menguatkan dan untu segala kecupan mesra yang kau sampaikan 

Tentang Malam

Pekat oleh kesunyian mungkin itulah yang selalu dihadirkan malam. Mengumbar udara dingin kesetiap relung kehampaan. Menghadirkan ribuan rasa yang dasarnya dikuasai oleh kesepian. Rindu! Rasa yang tak penah mau menjauh dari hati, mengoyak isi hati disetiap malam menjelma, hingga malampun tega menyelimuti  rindu agar semakin terasa kerinduan hati yang ditinggalkan.

Senin, 23 September 2013

Tanpa Judul

 Segala puji bagi tuhan yang meenciptakan malam untuk bersandar dari segala kelelahan hidup yang menjerat. Dari segala kesepian yang setiap harinya menyapa.

  Apa kabar engkau wahai pemilik hati? maaf aku terlalu terbiasa mengeja namamu dengan pemilik hati, karena sungguh hatiku hanya ingin engkau yang memiliki. dari sekian malam yang kita lewati sudah adakah yang engkau lupakan? jika ada bersyukurlah karena kamu tak seperti aku yang tak mampu melupakan setiap jengkal masa lalu yang pernah dilalui. Bodoh ya mengapa aku tak seperti kamu yang selalu biasa saja  tanpa aku.


  Seharusnya aku mengerti mengapa selama ini kau selalu diam dengan segala caramu, itu karena agar aku terbiasa saat aku tanpamu lagi, tapi sayang aku terlalu tak mau mengerti isyarat apa yang kau beri hingga akhirnya aku sendiri yang harus terbiasa tanpa hadirmu lagi.