Selasa, 28 Oktober 2014

Bukan Rumah Ibu, Nenek, atau Tempat Persinggahan



Bukan, bukan aku mengeluh dengan kita yang seperti ini. Aku hanya ingin ada kepastian darimu agar aku tak gusar untuk menunggu. Bukan aku lelah dengan sikapmu, tapi aku hanya ingin semua ini jelas.
Aku wanita, bohong jika aku tak mengapa. Mungkin aku terluka, tapi aku bisa apa? Siapa aku dihatimu pun aku tak tahu. Haruskah kau biarkan aku seperti ini? Merinduimu tanpa balas. Aku juga wanita yang ingin semuanya menjadi pasti.
Pergi, pergilah bila semuanya akan sia-sia. Jangan kembali jika kau pulang hanya untuk menenangkan lantas berlalu lagi. Hatiku bukan seperti rumah ibu yang dengan seenaknya ketika kau jenuh bisa pergi dan ketika kau bosan bisa pulang lagi. Hatiku pun bukan seperti rumah nenek yang dengan seenaknya kau datang ketika kau butuh saja. Maaf, ini hati bukan rumah persinggahan yang ketika hujan kau bisa menumpang berteduh dan ketika  sudah reda kau pergi begitu saja.
Aku tak mau menunggu seperti masa lalu, yang berujung dengan luka dan perpisahan. Aku juga tak mau menunggu karena kau tak pernah memintaku untuk menunggu. Tapi aku selalu merindu tentangmu.
Jangan, jangan biarkan aku semakin merindu dengan segala tangisku, jangan biarkan aku merindu hingga hilang warasku. Aku merindu hatimu yang tak kunjung pulang. Aku juga merindu hatimu yang bukan milikku. Ku harap rindu ini tak membuatku bodoh hinnga aku mau memutuskan untuk menunggu tanpa diminta.
Jadi lepaskanlah aku jika kau takan pulang, supaya aku bisa membunuh dengan paksa segala rindu yang selama ini bergelayutan dihatiku, agar rinduku tak selalu berharap tuannya akan pulang dan segera memeluk lepas segala risau hatiku.
Aku akan bertahan bila kau mau sama-sama bertahan, aku juga akan berjuang bila kau juga mau berjuang, karena cinta tak membutuhkan hanya satu pihak yang berjuang untuk bertahan. Aku juga akan menunggu bila kau sendiri yang memintaku untuk menunnggu.


Bila Hari Ini Ku Putuskan Menunggu



Bila hari ini ku putuskan tuk menunggu, ku harap kelak kau kan pulang dengan hati yang tetap sama. Ku ingin jika kau pulang kembali nanti cintamu tetaplah aku, hatimu tetap sama tak pernah berubah. Tentunya dengan rindu yang sama, sama-sama ingin menemui  temu yang selama ini selalu kita tunggu. Jangan biarkan hanya aku yang menunggu, bila rasa kita sama seharusnya penantian kitapun sama.
Bila harus aku menunggu maka jangan biarkan hanya aku yang berjuang, jangan biarkan hanya aku yang menahan rindu yang setiap hari memeluk jiwa, karena percuma jika aku menunggu namun kau sendiri tak mau menungguku, akupun ingin diperjuangkan.


Aku Rindu



Mengapa aku sebegeni merindukanmu
Padahal aku tahu semuanya takan pernah sama lagi
Sore ini bersama senja yang dulu selalu menemani temu kita, aku merindumu lagi.
Setiap hari, dan selelu begitu
Kadang egoku selelu memaksa tanpa kendali
Aku ingin ada kita lagi
Seperti dulu, temu selalu menjadi alasan mengapa kita selelu bertahan pada jarak
Dulu rindu selalu menjadi alasan untuk kita tetap saling berdekapan
Aku rindu kita  selalu diam saat ada temu
Meski begitu, itulah yang selelu kita nanti
Aku rindu menantimu pulang
Aku rindu kamu, dan akan tetap seperti itu. Selamanya.

Aku Masih Berduka Atas Hilangmu



Kau harus tahu sampai detik ini aku masih bisa menangis untukmu
Masih saja menangisi kepergianmu
Bila ku kenang ulang segala masa laluu, tak pernah berpikir kau akan berlalu
Aku masih berduka atas hilangmu

Malam di kota itu takan pernah ku lupakan, dimana masanya aku harus menelan pil pahit sendiri
Ya, senja yang seharusnya  sebagai penutup hari yang lelah ketika itu terasa memilukan hati
Hatiku tetap luluh lantah meskipun dalam keramaian
Jiwaku seakan mati suri yang harus terombang-ambing takdir
Ragaku tak mampu mengendalikan kenyataan
Bahkan ruhku seakan melarikan diri dari apa yang harus dihadapi
Harusnya kau tahu ini terlalu memilukan!

Seharusnya tak seperti ini, kau berlalu ketika aku terlalu mencintaimu
Mestinya tak begini, kepergianmu masih menyisakan pilu sampai saat ini

Ada Rindu yang Mendahului Pertemuan

Ada rindu yang mendahului pertemuan
Aku merindu disaat aku belum mengenalmu
Aku merindumu disaat semua belum tentu pasti
Bahkan aku mencintaimu jauh sebelum aku menatap rupamu

Tak peduli bagaimana kamu
Karena yang ku tahu rasa kita telah sama
Siapapun kamu kelak, cinta ini akan tetap sama
Takan berubah meski semuanya hanya ilusi

Tanpa temu saja, kau mampu membuatku gila karena rindu
Tanpa  temu saja, kau mampu membuatku menjatuhkan hati hanya untukmu
Lantas bagaimana kelak, jika waktu memberi kesempatan pada temu
Pada temu, untuk saling menatap wajah-wajah yang selama ini selalu kita cari
Wajah-wajah yang selalu kita cari hanya untuk sekedar melepas gelisah
Sungguh takan pernah ku bayangkan jika nanti ku harus menatap parasmu sedekat yang mampu ku bayangkan
Tentunya setelah pertemuan akan selalu ada rindu yang tersisa
Karena sesungguhnya pertemuan bukanlah sebuah alasan untuk pelepasan rindu melainkan memupuk rindu-rindu yang akhirnya akan tetap menyisakan sebuah benih kerinduan yang baru
Setelah pertemuan pula tentunya bukan hanya rindu, tapi cintapun akan semakin bergejolak, lalu setelah itu rasa tak ingin kehilangan akan semakinn besar
Rasa ingin selalu memiliki lama-lama akan menjadi sebuah keharusan